RSS
GOWES..GOWES…  SEPEDA TEKNOLOGI KENDARAAN RAMAH LINGKUNGAN

Essay : T. Okni Nardianty
Bersepeda atau bahasa akrabnya ngegowes paling enak dilakukan di hari minggu atau hari libur. Kita sudah mengetahui bahwasannya program pemerintah kota “car free day” yang sudah banyak diterapkan di kota besar di Indonesia, biasanya jatuh pada akhir pekan atau weekend. Dimana pada satu hari itulah pengendara sepeda bak raja jalanan yang bisa dengan sepuas hati menguasai semua jalan yang pada hari biasa lebih didominasi oleh kendaraan bermotor baik mobil, angkutan umum dan yang paling banyak adalah motor. Pada hari biasa jangan harap pengendara sepeda bisa ‘melenggang kangkung’ seperti itu, karena jalanan yang macet juga tingkat polusi yang sangat tinggi oleh asap kendaraan yang mengandung timbal. Jadi niat bersepeda untuk menjadi sehat justru mengundang penyakit terutama penyakit seputar pernafasan, kecuali pengendara sepeda menggunakan masker penutup hidung.
Di Indonesia, sebagian besar bersepeda hanya merupakan hobby. Walau sekarang telah terbentuk komunitas pekerja yang menggunakan sepeda sebagai metode kendaraan utama ke kantor  dengan sebutan ‘bike to work’ atau disingkat B2W. Jumlahnya makin hari makin bertambah, namun tetap saja itu hanya sebatas kalangan pecinta sepeda, selebihnya tetap lebih suka bermacet-macetria di jalan dengan kendaraan bermotornya. Karena angkutan umum juga jauh dari nyaman, maka dari itu masih banyak yang memilih berkendaraan pribadi ke tempat kerja juga ke kampus.
Di era pemanasan global saat ini, setiap orang memiliki tanggung jawab menjaga lingkungan; oleh karena itu, selain mengnunakan sepeda yang menjaga kesehatan dengan emisi nol karbon dioksida, secara aktif kita sebagai mahasiswa juga penting dan perlu mendalami teknologi kendaraan ramah lingkungan ini, dengan tujuan selain mempublikasikan kepada masyarakat juga sekaligus mengurangi pemanasan global. Sepeda juga merupakan alat transportasi yang tentunya ramah lingkungan. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Sepeda tidak dibutuhkan bahan bakar apapun untuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, sepeda tidak menghasilkan efek yang buruk bagi lingkungan. Selain itu, manfaat langsung yang bisa orang rasakan dari bersepeda adalah sebagai salah satu cara berolah raga murah dan meriah. Apalagi jika bersepeda secara rutin, dijamin badan akan menjadi bugar dan sehat. Sambil bersepeda, kita juga dapat menikmati dan lebih mengenal lingkungan sekitar kita. Mungkin poin-poin tersebutlah yang menjadi acuan utama bagi masyarakat untuk menjadikan sepeda sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Ditambah pula, sarana dan fasilitas untuk bersepeda juga tersedia secara baik dan didukung oleh Pemerintah dengan menyediakan jalur sepeda yang nyaman dan aman “car free day”.
Sejumlah orang memang masih mencibir tentang penggunaan sepeda sebagai alternatif alat transportasi untuk menunjang aktivitas bekerja karena mereka masih menganggap bahwa pemakaian sepeda sebagai alat transportasi akan merepresentasikan kesenjangan kelas sosial bagi pemakainya. Padahal, sesungguhnya hal ini sangat bergantung pada bagaimana kita memaknai arti bersepeda. Memaknai sesuatu atau enrichment adalah bagaimana kita memandang dan menempatkan sesuatu tersebut pada persepsi kita. Bagaimana kita memandang sesuatu itu akan sangat tergantung pada bagaimana kita memaknai sesuatu tersebut.
Sewaktu kita hanya punya sepeda dan belum punya sepeda motor, apalagi mobil, ke mana-mana setiap kali beraktivitas, kita selalu menggunakan sepeda, entah itu ke kampus, ke warung, ke perpustakaan, ke tempat les, ke rumah kawan, atau ke mana pun. Namun, saat kita mulai dewasa dan banyak di antara kawan kita yang telah mengendarai sepeda motor, bahkan mobil, kita sering beranggapan bahwa memakai sepeda motor, apalagi mobil, lebih bergengsi daripada naik sepeda. Dengan kata lain, mengendarai sepeda lebih terhina daripada mengendarai motor. Ke sekolah menenga apalagi kuliah kita saja sudah merasa malu menggenjot sepeda, terlebih lagi jika berkunjung ke rumah seseorang yang kita ingin dekati. Kita lebih senang naik angkot daripada bersepeda. Lebih bergengsi dan berkelas, katanya.
Itulah contoh konkret bagaimana kita memaknai sesuatu hal, dalam hal ini sepeda. Jika kita memaknai bahwa sepeda merupakan alat angkut yang sangat hina, kita akan malu mengendarainya. Sebab, kita telah menganggap bahwa diri kita sangat hina akibat sepeda itu. Namun, jika kita memaknainya dengan makna lain yang lebih tinggi, kita akan dengan senang hati atau bahkan sangat bangga mengendarai sepeda. Jika kita mengaitkankan makna bersepeda dengan olahraga, kita akan dengan senang hati bersepeda karena ada target tinggi berupa kebugaran serta kesehatan yang hendak kita capai, betapapun jalan naik atau turun gunung, baik di jalan raya maupun di jalan tanah berbatu atau berlumpur, kita akan dengan senang hati menggenjot sepeda, bahkan menuntun atau memanggul sepeda itu jika jalan tak lagi bisa dilalui dengan mengendarainya. Itu semua kita lakukan dengan senang hati dan gembira.
Oleh karena itu, mari kita sebagai masyarakat indonesia yang cinta tanah air maknai aktivitas bersepeda kita dengan makna tertinggi. Jika kita meletakkan makna bersepeda sekadar sebagai gaya hidup para eksekutif, kita hanya akan senang hati mengendarai sepeda sebatas gaya hidup. Sebab, dalam persepsi kita, kita tidak sedang mengendarai sepeda, tetapi kita sedang larut mengikuti mode dan gaya hidup, yang sesaat berikutnya dapat pudar sejalan munculnya gaya hidup yang lain. Namun, jika kita melekatkan arti bersepeda secara hakiki bahwa sepeda adalah alat transportasi yang ramah lingkungan, sebagaimana yang dilakukan anggota komunitas pekerja bersepeda atau ‘bike to work’ (B2W), kita akan dengan senang hati dan bangga mengendarai sepeda tersebut. Sebab, dalam persepsi kita, sesungguhnya kita tidak hanya sedang mengayuh sepeda untuk beraktivitas, tetapi kita juga sedang beramal saleh bagi jagat raya ini dengan mengurangi pemanasan global, mengurangi polusi udara kota yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Hayu kita hijaukan bumi ini, kita birukan langit ini. !!

0 komentar:

Posting Komentar